BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 30 September 2010

belajar merkit

jenis huruf tipografi

Jenis huruf TIPOGRAFI

Secara garis besar huruf-huruf digolongkan menjadi:

* Roman, pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku.
o Serif, dengan ciri memiliki serif di ujungnya. Selain membantu keterbacaan, serif juga memudahkan saat huruf diukir ke batu.
Contoh penggunaan huruf serif di nisan Johanna Christine, Museum Taman Prasasti
o Egyptian, atau populer dengan sebutan slab serif. Cirinya adalah kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
Salah satu contoh huruf slab serif di nisan Thomas de Souza, di pintu masuk Museum Taman Prasasti
o Sans Serif, dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
* Script, merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
* Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

[sunting] Legibility dan Keterbacaan
Illiad, contoh kasus yang menunjukkan pentingnya penggunaan serif dalam membedakan beberapa jenis huruf yang serupa. Misalnya huruf L kecil dengan I kapital
Uji legibility yang sering dilakukan terhadap tiap jenis huruf. Dalam hal ini terhadap huruf A dari jenis huruf Times New Roman

Legibility adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:

1. Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.
2. Penggunaan warna
3. Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari

Keterbacaan adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:

1. Jenis huruf
2. Ukuran
3. Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
4. Kontras warna terhadap latar belakang

Kamis, 23 September 2010

Tipografi teks

Dalam tipografi tradisi, teks digubah untuk membentuk sesuatu yang menarik dibaca, koheren dan nampak memuaskan, tanpa disedari pembaca. Taburan sekata dengan gangguan dan kejanggalan minimum merupakan kunci jelas dan heningnya teks.

Pemilihan fon barangkali merupakan aspek utama tipografi teks — tulisan fiksyen prosa, bukan fiskyen, rencana pengarang, pendidikan, keagamaan, saintifik dan komersil semuanya mempunyai ciri-ciri dan keperluan yang berbeza. Untuk bahan sejarah, fon yang telah bertapak sering kali dipilih mengikut skim genre sejarah, dengan pertindihan penting antara zaman sejarah.

Susun atur teks, nada atau warna set adalah penting, dan mainan teks dengan ruang putih halaman dan unsur grafik lain bergabung untuk memberika "rasa" atau "gema" kepada isi. Dengan media cetak, jurutipografi juga mengambil berat tentang birai kulit, pemilihan kertas dan cara cetakan.

Tipografi bergantung kepada ortografi dan linguistik, struktur dan kekerapan perkataan, morfologi, binaan fonetik dan sintaksis linguistik. Tipografi juga bergantung kepada budaya (bahasa, negara). Sebagai contoh, adalah menjadi kebiasaan di Perancis bagi meletakkan ruang tak-terputus (non-breaking space) sebelum titik bertindik (:) atau koma bertitik (;) dalam ayat, dan tidak dalam bahasa Melayu.

TIPOGRAFI

Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.

Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan.

Sabtu, 18 September 2010

BERSYUKUR

BERSYUKUR
Bersyukur adalah suatu istilah yang sudah sangat akrab di telinga kita. Namun, apakah pemahaman kita tentang arti bersyukur itu sudah merasuk pula dalam jiwa kita?

Ada dua orang tuna karya, katakanlah yang seorang bernama Mungkar dan yang seorang lagi bernama Soleh. Mereka meminta pertolongan kita untuk mencarikan kerja. Kebetulan kita mempunyai beberapa teman baik yang menjabat direktur di beberapa perusahaan. Singkat cerita, berkat ‘perjuangan’ kita, maka akhirnya Mungkar dan Soleh berhasil diterima bekerja di kantor teman baik kita itu. Meskipun sudah kita tolong, namun si Mungkar itu tidak menunjukan rasa terima kasihnya sedikitpun kepada kita (mungkin menganggap pertolongan kita itu bukanlah sesuatu yang istimewa). Kemudian hari, bahkan kita menerima complain dari teman kita itu bahwa si Mungkar sering mangkir dan melakukan perbuatan tercela yang merugikan perusahaan. Lain halnya dengan si Soleh, Si Soleh itu berkali-kali menyatakan rasa terima kasihnya kepada kita bahkan sampai berurai air mata. Kemudian hari, kita pun mendapat laporan dari teman direktur itu, bahwa ia beruntung sekali mendapat pegawai seperti si Soleh karena orangnya rajin, tekun dan jujur dalam bekerja, bahkan akhirnya dijadikan tangan kanannya! Bila akhirnya si Mungkar itu dipecat dari kantornya, niscaya kita tidak akan mau lagi merekomendasikannya bekerja di kantor manapun. Tetapi sebaliknya, bila si Soleh kehilangan pekerjaannya karena perusahaannya itu bangkrut, maka tentu kita akan berusaha mencarikan pekerjaan lain untuknya. Bahkan bila misalnya ada perusahaan lain yang memberikan jaminan yang lebih baik, maka tentu kita bantu agar si Soleh pindah ke tempat yang lebih baik.
Dari ilustrasi ini, dapat ditarik kesimpulan umum bahwa, bila ‘si pemberi nikmat’ dibuat kecewa oleh tindakan kita, tentunya ia tidak mau menolong atau memberi sesuatu lagi kepada kita.
Sekarang, marilah kita introspeksi untuk menghitung-hitung nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita selama ini. Berapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita tetapi tidak diberikan kepada orang lain. Apakah pemberian dari manusia yang melebihi nikmat yang diberikan Allah? Hati-hatilah, jangan sampai Nanda termasuk orang yang dimaksud dalam firman-Nya:

Dan sesungguhnya Allah itu tidak menyukai orang-orang yang berkhianat dan tidak berterima kasih.
Bagaimana cara bersyukur atau berterima kasih kepada Allah? Caranya yaitu pertama, menyadari nikmat-nikmat yang telah kita terima selama ini dengan diiringi rasa terima kasih yang dalam atas kemurahan-Nya kepada kita; kemudian kedua, (yang terpenting), melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat membuat-Nya senang. Allah senang bila kita taat pada perintah-perintah-Nya, seperti misalnya: shalat, berserah diri, sabar waktu ditimpa musibah atau sabar waktu diperlakukan zalim oleh orang, meninggalkan perbantahan sedangkan kita merasa benar, berlaku baik kepada orang, menolong orang yang sedang berkesusahan, tidak iri hati/dengki, tidak takabur/sombong, tidak riya/pamer, membantu dalam pekerjaan keluarga, tidak menyakiti hati orang lain dan tidak memutuskan persaudaraan, menjauhkan diri dari sikap amarah, berlaku bijaksana waktu disakiti orang, selalu memohon ampun bila terlanjur melakukan pembangkangan, tidak bergunjing/membicarakan aib orang lain, tidak berburuk sangka, tidak berlaku zalim (baik zalim tindakan, ucapan, pikiran), selalu senyum, memaafkan orang yang menganiaya kita, selalu ingat Allah, (diwaktu duduk, berjalan dan berbaring), mendamaikan permusuhan, memuliakan tamu, memenuhi undangan, menjenguk yang sakit, mengajak orang ke jalan Allah, memenuhi janji, berlaku baik terhadap tetangga, mengeluarkan zakat atau sedekah, tidak kikir, menjaga kebersihan, mendo’akan orang tua, tidak durhaka kepada orang tua, berlaku lemah lembut kepada pembantu, mengantarkan jenazah, menuntut ilmu, menyantuni anak yatim, melaksanakan haji, tidak melakukan syirik, bekerja dan lain-lain sebagainya.

Bila kita menyenangkan ‘Sang Pemberi Nikmat’, maka ia akan tambahkan nikmat-Nya kepada kita. Karena itulah Allah mengatakan, barangsiapa yang bersyukur kepada-Ku, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri [Lukman:12], dan Allah tidak akan menyiksa orang yang bersyukur [An-Nisaa’:147]. Bahkan di ayat lain Allah memberikan jaminan:

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku sesungguhnya azab-Ku amat pedih.

Jumat, 03 September 2010